Minggu, 07 April 2013

My Job

Setiap tahun, sampah elektronik di seluruh dunia mencapai 36 juta metrik ton. Artinya, 36 kali lebih banyak dari jumlah batubara yang diekspor dari Kalimantan Selatan ke Cina setiap tahun. itu baru catatan tahun lalu dari Badan PBB untuk masalah lingkungan, UNEP. Sampah ini lantas dilimpahkan ke negara berkembang sebagai tempat sampah elektronik. Salah satunya Indonesia. Reporter KBR68H Sutami menelusuri seluk belum pengolahan limbah elektronik, yang ternyata bisa menuai untung juga. Komputer, telepon genggam, dan perangkat elektronik yang sudah rusak mungkin tak lagi berguna untuk Anda. Tapi di tangan David Umboh, sampah elektronik bisa menghasilkan uang hingga jutaan rupiah. “Seperti di komputer ini ada, kaya ini namanya socket atau slot. Itu kan ada jarum-jarum begini nih, itu platting emas. Istilahnya lapisan emas. Jadi itu yang dimanfaatin, dikumpulin untuk diambil emasnya. Dan IC atau Chips itu ada kandungan emas peraknya.” Q. Itu di bagian IC atau di bagian kaki-kakinya? “Oh enggak, di batunya justru, pokoknya di IC nya lah.” IC atau Chips adalah komponen elektronik berbentuk kotak persegi panjang berwarna hitam. Sebelum mendulang emasnya, IC dihancurkan lebih dulu. “Setelah didulang, tinggal hitam-hitam begini yang tinggal, nah itu banyak baru dicampur pijer. Setelah itu digembos atau disolder, sampai cair, pakaikan timah, baru di situ dia lama-lama kan dia mengecil. Nah itu sudah bisa dijual, tapi belum murni. Udah bersih gitu. Baru kita adakan pemurnian.” Q. Pakai apa? “Pemurnian dengan cara dipanasin dengan memasukkan nitrit acid ya, air keras. Kemudian dicampur dengan perak atau tembaga. Lewat proses ini, emas dari kadar 50 persen, bisa jadi 99 persen.” Dengan cara itu, tiap hari David mendapatkan rata-rata empat gram emas untuk tiap kilogram komponen elektronik yang ia olah. Jika dijual, nilai emasnya setara 300-an ribu rupiah. David tak pernah kekurangan limbah elektronik karena ia bisa mendapatkannya dari banyak tempat, termasuk dari Sumatera dan Sulawesi. Tapi, proses mengambil emas itu ternyata beresiko, misalnya tercemar timbal, juga mercuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Masalahnya, menurut Pegiat di Jaringan Indonesia Bebas Bahan Beracun, Slamet Daroyni, sulit untuk menghentikan orang-orang yang sudah tergiur keuntungan sampah elektronik seperti David Umboh. Apalagi, sampah elektronik melimpah. “Pengguna ponsel saja di Indonesia itu diprediksi pada 2007 mencapai 133 juta. Dan Indonesia menempati tempat ketiga pasar ponsel Asia setelah China dan India. Saya yakin itu pasti meningkat ditahun 2010 ini. Belum lagi dari PC, TV, Radio dan lain sebagainya.” Ini belum termasuk sampah elektronik dari luar negeri. Badan PBB untuk masalah lingkungan UNEP mencatat setiap tahun ada 36 juta metrik ton sampah elektronik di dunia, 36 kali lebih banyak dari batubara yang diekspor dari Kalimantan Selatan ke Cina setiap tahunnya. Sebagian besar diekspor negara-negara maju ke negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Ekspor dilakukan karena mereka tak sanggup mengolahnya. Pemerintah mengaku tak punya data soal jumlah sampah yang ada di negeri ini. Namun, pejabat yang mengurusi masalah limbah bahan beracun berbahaya dari Kementrian Lingkungan Hidup Imam Hendarjo mengingatkan, sudah lama pemerintah melarang impor sampah itu. “Itu 1999 kan sudah hampir 10 tahun yang lalu. Semua pihak sudah harus paham. Apalagi konferensi Basel yang mengatur soal B3 sejak 1993. Jadi artinya sudah hampir 17 tahun kan peraturan itu ada. Jadi ndak mungkin gak tau kalau kalau berbagai pihak yang berkaitan dengan limbah elektronik itu gak tahu kalau itu masuk B3.” Mereka yang melanggar aturan ini kata Imam bisa dibui lima hingga 25 tahun. Pemerintah bisa saja mengklaim tak ada lagi impor limbah elektronik. Tapi di lapangan praktiknya berbeda, begitu kata Slamet Daroyni. Ia menduga impor limbah elektronik kini dilakukan dalam bentuk barang elektronik bekas. “Pendefinisian terhadap limbah elektronik itu tidak clear antarpemerintah. Terutama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan. Karena ini ada kepentingan bisnis, kepentingan ekonomi yang mereka sebut dari perspektif perdagangan dan perindustrian.” Agar sampah elektronik tak terus membanjiri Indonesia, mau tak mau aturannya harus dipertegas. Sementara pemerintah masih sibuk berwacana, David Umboh makin asik dengan usaha pengolahan limbah elektroniknya yang sederhana. Dari usaha inilah, tiga anak David bisa bersekolah dengan tenang, tak pusing bakal putus sekolah karena kehabisan biaya.

Rabu, 07 Maret 2012

fb




Senin, 05 Januari 2009

HARAPAN YANG TAK BERKESUDAHAN






NEGRIKU YANG KUCINTAI, KU INGIN ENGKAU BANGKIT KUINGIN ENGKAU BISA,KUINGIN ENGKAU JAYA, SEPERTI NEGRI-NEGRI YANG LAIN. TAK ADA LAGI YANG HARUS MENGELUH PADAMU............! AKU HAUS........! AKU LAPAR........! AKU MISKIN.........! AKU NGANGGUR...! DAN TAK ADA LAGI SIFAT EGO,GENGSI,DENGKI,TAKABUR YANG SENANTIASA JADI BENALU DISEKELILINGMU............ OH...ITU SEMUANYA KARENA KAMI YANG MENGISI HIDUPMU "LUPA"AKAN JASA PARA PAHLAWANMU....... MAAFKAN AKU NEGRIKU,AMPUNI AKU NEGRIKU,TOBATKU PADAMU..... AKAN SELALU KUJAGA. MOGA-MOGA, DISUATU SAAT NANTI AKU BISA MENJADI SURITAULADAN BUATMU.AMIEN................

Selasa, 11 November 2008

TUMETENDEN GARDEN










DIBAWAH KAKI GUNUNG KLABAT,ADA KOTA KECIL YANG SELALU KUKENANG
..........A I R M A D I D I............C I T Y........
TAK BISA KUABAIKAN HAL-HAL YANG
BEGITU MENYENANGKAN,SEMASA
AKU KECIL.
TUMETENDEN ,AIR TUANG,TAMBUTRANG
DOUTSLAH,NEMUNEN,KAYUBESI,RORENG
ADALAH KATA-KATA YANG SUKAR DILUPAKAN
RAP-RAP,SORONGSONG,AIRMADIDI BAWAH DAN
ATAS,JUGA DEMBET TEMPAT AKU BERMAIN.
MEMORI ITULAH YANG SELALU KUKENANG